Sabtu, 14 Juli 2012

Pengaruh Pemberian Trichoderma dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Pada Tanah Alluvial di Polybag.

                       I.            PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Tanaman kacang hijau ( Vigna radiata L.) sudah lama dikenal dan di tanam oleh masyarakat tani di Indonesia. Asal-usul tanaman kacang hijau diduga dari kawasan India yang dibawa masuk kewilayah Indonesia, terjadi pada awal abad ke-17, oleh pedagang cina. Pusat penyebaran kacang hijau pada mulanya berpusat di pulau Jawa dan Bali, tetapi pada tahun 1920-an mulai berkembang di Sulawesi, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur
(Rukman 2000).
            Tanaman kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminosae yang cukup penting di Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Permintaan terhadap kacang hijau cukup tinggi dan cenderung meningkat dari tahun ketahun, sementara peningkatan laju luas areal tanamannya masih dibawah jagung, kedelai dan kacang tanah. Menurut Rukman (2002) kandungan kacang hijau meliputi karbohidrat 62,90 gr, protein 22,00 gr, lemak 1,20 gr, juga mengandung Vitamin A 157, 00 SI, Vitamin B1 0,64 gr, Vitamin C 6,00 gr dan mineral Ca, P, Fe serta mengandung 345 kalori.
            Tanaman kacang hijau termasuk tanaman multiguna, yakni sebagai bahan pangan, pakan ternak, penutup tanah, sedangkan dalam makanan sehari-hari kacang hijau di konsumsi sebagai bubur, sayur (tauge), dan kue-kue yang berguna bagi kesehatan tubuh, juga berhasiat sebagai obat tradisional. Bubur kacang hijau baik untuk penderita penyakit beri-beri, sedangkan tauge kacang hijau merupakan sumber vitamin E yang berkhasiat antisterilitas.
            Salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan permintaan yang terus meningkat produksi kacang hijau sangat potensi dan sangat menjanjikan untuk dikembangkan dan dibudidayakan dalam sekala besar maupun kecil di kal-bar atau di Indonesia. Permintaan kacang hijau diperkirakan meningkat terus, sejalan dengan pertambahan penduduk dan perbaikan gizi masyarakat.
Sedangkan perkembangan luas tanaman kacang hijau di Kalimantan barat 5 tahun terakhir yang telah dihimpun oleh BPS KAL-BAR dari tahun 2006 mencapai areal seluas 1,854 ha dengan jumlah produksi 1,290 ton, pada tahun 2007 luas area pertanaman kacang hijau mencapai 1,415 ha dengan produksi 979 ton, lalu pada tahun 2008-2009 luas penanaman kacang hijau 668 ha dengan produksi 463 ton, dan pada tahun 2010 luas area penanaman kacang hijau di kal-bar mencapai 1,821 ha dengan produksi 1,308 ton. (badan pusat statistik kalimantan barat, 2010).
            Tanaman kacang hijau dapat dibudidayakan pada berbagai jenis tanah asalkan gembur dan subur. Salah satu media yang dapat dipakai untuk tanaman kacang hijau adalah tanah Aluvial. Luas tanah Aluvial di Kalimantan Barat sekitar 1.511.187 km2 atau 10,29% dari luas keseluruhan kalimantan Barat
(Dinas pertanian tanaman pangan dan Hortikultura, 2010).
            Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (2000) bahwa struktur tanah  yang baik atau remah sangat menunjang usaha pertanian sehubungan dengan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman dan juga pengaruhnya terhadap tata air, tata udara, dan temperatur tanah. 
A.    Masalah Penelitian
            Media tumbuh sangat mempengaruhi keadaan pertumbuhan tanaman baik dipembibitan maupun di lapangan, karena merupakan gudang hara yang menyediakan bahan makanan. Jika tanah yang digunakan adalah tanah marginal (bermasalah) seperti aluvial, maka tanah tersebut perlu dilakukan usaha perbaikan salah satu cara adalah dengan pengapuran dan pemupukan sebagai usaha perbaikan.
            Tanah alluvial mempunyai kandungan unsur N, P dan K rendah ,serta kelarutan Al yang tinggi sehingga merupakan racun bagi tanaman (Hakim, M.YusufNyakpa, AM. lubis, Sutopo Ghani Nugroho,M.Amin, Go Ban Hong,HH.Baily, 1986). Di samping itu kondisi fisik tanah alluvial yang  jelek, dimana konsistesinya teguh pada waktu lembab dan keras pada waktu kering, kondisi tanah tersebut menunjang terciptanya linkungan pertumbuhan yang baik bagi pertumbuhan tanaman kacang hijau. Penambahan unsur hara N,P dan K dalam jumlah yang cukup pada tanah alluvial akan meningkatkan jumlah hara yang tersedia bagi tanaman sesuai kebutuhan tanaman. pemupukan pada tanah masam sering kali tidak efisien, hal ini di sebabkan kelarutan Al yang tinggi sehingga usur hara tadi tidak tersedia bagi tanaman. 
            Pada kesimpulan tanah alluvial mempunyai sifat-sifat yang kurang mendukung bagi pertumbuhan serta hasil tanaman kacang hijau sebagai faktor pembatas. salah satu cara untuk memperbaiki kemasaman tanah dan kekurangan unsur hara pada tanah alluvial yang kurang menguntungkan adalah dengan pemberian pupuk kandang ayam dan kapur sehingga pH akan meningkat yang juga akan menurunkan Fe, AI dan Mn yang bersifat racun dan diiringi meninggkatnya P tersedia bagi tanaman.
            Dengan pemberian pupuk kandang ayam serta  pengaruh Trichoderma terhadap pertumbuhan kacang hijau dan pengapuran yang efektif dan efisien adalah merupakan harapan tercapainya kebutuhan tanaman yang optimal yang akan memberikan respon yang baik.       
A.    Tujuan Penelitian
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Trichoderma dan Pupuk Organik Cair nasa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Kacang Hijau ( Vigna radiata L.) Pada Tanah Alluvial.

                        I.            KERANGKA PEMIKIRAN
A.    Tinjauan Pustaka
1.      Botani tanaman kacang hijau
            Tanaman kacang hijau termasuk tanaman semusim yang tergolong dalam Divisi Spermatophyta, Sub-divisi Angiosparmae, Kelas Dicotyledonae, Ordo Rosales Famili Papilionaceae, Genus Vigna, Spesies Vigna radiata atau Phaseolus radiatus.
            Biji kacang hijau berkecambah dan keluar dari permukaan tanah sampai fase kotiledon membutuhkan waktu 4    5 hari, rata-rata 5 hari, tergantung kelembaban dan kedalaman penanaman. Munculnya daun pertama (unifoliate leaf) setelah daun lembaga membutuhkan waktu 9   11 hari, rata-rata 10 hari (Marzuki dan Soeprapto, 2004).
              Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakarannya dibagi menjadi dua yaitu  mesophytes  dan  xerophytes. Mesophytes  mempunyai banyak cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar, sementara xerophytes memiliki akar cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah (Purwono dan Hartono, 2008).
            Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat berfariasi, antara 30-60 cm, tergantung varietasnya. cabangnya menyamping pada batang utama, berbentuk bulat dan berbulu. Warna batang dan cabangnya ada yang hijau ada juga yang ungu. Daunya trifoliat (terdiri dari tiga helai) dan letaknya berseling. Tangkai daunnya cukup panjang, lebihpanjang dari daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai hijau tua.
            Bunga kacang hijau termasuk bunga sempurna (hermaprodit), tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri.berbentuk kupukupu dan berwarna kuning. Polong kacang hijau berbentuk silendris dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10-15 biji.
            Biji kacang hijau lebih kecil dibanding biji kacang-kacang lain. Warna bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengkilap, beberapa ada yang barwarna kuning coklat dan hitam. Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan dan bintil-bintil akar (nadula). Nadula merupakan tempat mengikat nitrogen (N) sehingga menyuburkan tanah.  

2.      Syarat tumbuh tanaman kacang hijau
      Kacang hijau termasuk tanaman Tropis yang menghendaki suasana panas selama hidupnya. Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl. Kondisi lingkungan yang dikehendaki tanaman kacang hijau adalah daerah bersuhu 25ᵒ - 27ᵒ C, kelembaban udara antara 50% -70% dan cukup mendapat sinar matahari. Curah hujan yang dikehendaki berkisar antara 20 – 50 mm perbulan.
      Tanaman kacang hijau dapat tumbuh di daerah yang curah hujannya dengan memanfaatkan sisa-sisa kelembapan pada tanah bekas tanaman yang diairi, misalnya padi. Tanaman ini tumbuh baik pada musim kemarau. Pada musim hujan pertumbuhan vegetatifnya sangat cepat sehingga mudah rebah. hambatan utama pada musim hujan adlah penyakit yang menyerang daun dan polong.
      Kacang hijau dapat tumbuh di segala macam tipe tanah yang berdrainase baik. Namun, pertumbuhan terbaiknya pada tanah lempung biasa sampai yang mempunyai bahan organik tinggi. Tanah yang mempunyai pH 5,8 paling ideal untuk pertumbuhan kacang hijau. Sedangkan tanah yang sangat asam tidak baik karena penyedian makanan terhambat.
      Kacang hijau menghendaki tanah dengan kandungan hara (fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan belerang) yang cukup. Unsur hara ini penting untuk meningkatkan produksinya.

3.      Tanah alluvial
      Dalam usha budidaya tanaman, kondisi tanah sangat menentukan keberhasilan dalam usaha budidaya tanaman.tanah Alluvial merupakan salah satu jenis tanah yang mempunyai faktor pembatas untuk pertumbuhan suatu tanaman, adapun faktor pembatas yang dimaksud antara lain : permabilitas rendah atau mudah tergenang, melekat pada saat basa dan sulit diolah selain itu beragam jumlah hara yang terdapat didalam tanah sesuai dengan bahan induk tanah yang terbentuk. Tanah Alluvial yang ada di indonesia merupakan daerah endapan akibat pengaruh pegenangan air. Tanah alluvial terdapat didaerah rendah sepanjang aliran sungai hingga didaerah berketinggian mencapai 1000 meter diatas permukaan laut (Hardjowigeno, 2003).
      Tanah alluvial dicirikan dengan warna kelabu hingga coklat, struktur pejal. Lembab pada saat musim penghujan dan keras pada saat kering atau musim kemarau serta mempunyai kosistensi yang tinggi, mudah mengalami erosi serta terjadi defisiensi unsur hara makro serta mempunyai ketebalan bahan organik sekitar 50 cm dan mempunyai tingkat kesuburan tanah sedang sampai rendah, dan tanah alluvial biasa juga mempunyai pH yag rendah berarti tanah ini bereaksi masam. Kendala ini merupakan kendala bagi pertumbuhan tanaman terutama dalam penyerapan unsur hara selain itu pengaruh keracuna akibat unsur Al, Fe dan Mn yang sangat tinggi (Hardjowigeno, 2003).

4.      Trichoderma
            Klasifikasi dari Trichoderma adalah sebagai berikut : Kingdom  Mytaceae, Divisi Eumycota, Sub-Divisio Deuteromycotina, Kelas Hyphomycotes, Sub Kelas Hyphomycotidae, Ordo Moniliales, Famili Moniliales.
            Trichoderma merupakan salah satu agen antagonis cendawan yang berfungsi menggangu  kehidupan suatu organisme pengganggu tumbuhan, khususnya penyakit tular tanah (Soil born), sehingga organisme pengganggu tumbuhan tersebut dapat dihambat atau ditekan. Adapun proses penghambat (inhibisi) dari agen antagonis meliputi : blok area, hiperparasitisme, antibiosis (perang antar serum), probiolisme dan lisis. Dalam proses penghambatan Trichoderma mengeluarkan enzim proteolitik. Pada saat ini jasad renik yang mulai dikembangkan untuk pupuk hayati C ialah jamur Trichoderma, yang ternyata tidak hanya terdapat mempercepat pengomposan, akan tetapi juga memperbaiki kualitas kompos. Penelitian di Tahiland membuktikan bahwa pengomposan dengan Trichoderma memperbaiki ketersediaan N, P, dan K dalam bahan organik dan penggunaan komposnya meningkatkan kadar N, P, dan K sehingga tersedia dalam tanah (Anon., 1980).

5.      Pupuk kandang Ayam
            Pupuk kandang ayam merupakan pupuk yang berasal dari kandang ternak baik merupakan kotoran (feses) yang bercampur dengan sisa makanan (Lingga dan Marson, 2001). Pupuk kandang mangandung unsur hara lengkap yang di butuhkan bagi pertumbuhan tanaman karena mengandung unsur hara makro seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (CA), Magnesium (Mg) dan sulfur (S).komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis hewan, umur, keadaan hewan, jenis makanan, bahkan hamparan yang dipakai, perlakuan serta penyimpanan sebelum diaplikasikan di lahan ((Lingga dan Marsono 2001).
            Pupuk kandang ayam merupakan pupuk organik yang dapat memperbaiki sifat fisik kimia serta biologi tanah. Peranannya terhadap sifat fisik tanah adalah meningkkatkan profisitas dan mengurangi kepadatan.
Sedangkan pada sifat fisik kimia tanah adalah meningkatkan kandungan bahan orgnik, kapasitas tukar kation (KTK) dan kandungan hara makro dan mikro. Secara biologi pupuk kandang berperan dalam meningkatkan aktifitas metabolik organisme tanah dan kegiatan jasad mikro serta membantu dekomposisi tanah.
            Pupuk kandang selain dapat menambah unsur hara ke dalam tanah dapat juga mempertinggi humus, memperbaiki struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad renik tanah. Tanda-tanda pupuk kandang ayam yang sudah matang dan siap digunakan untuk pemupukan adalah bewarna kehitam-hitaman, suhu rendah, bentuk rumput dan kotoran lainya tidak tampak lagi.

B.     Kerangka konsep
      Usaha penggunaan tanah alluvial sebagai media tumbuh yang baik bagi pertumbuhan kacang hijau didaerah kalimantan barat perlu dilkukan mengigat lahan yang tersedia cukup luas.
      Tanah ini perlu dikelola sedemikian rupa agar memenuhi fungsi seperti yang diharapkan, yaitu sebagai media tempat berdiri tegagnya tanaman dan penyedia unsur hara yang diperlukan tanaman.
      Pemanfaatan tanah alluvial di hadapkan pada berbagai kendala yaitu tanahnya beraksi masam, bahan organik rendah terutama N, P, K, Mg dan Ca kemudian kandungan AL, Fe dan Mn yang tinggi serta struktur tanah jelek, kejenuhan basa dan KTK tinggi.  
      Sehubungan dengan itu maka pemupukan merupakan tindakan agronomis yang bertujuan untuk mengembalikan dan menyeimbangkan unsur-unsur hara yang telah hilang akibat telah digunakan oleh tanaman sebelumnyadengan pemberian perlakuan pupuk kandang ayam yang sesuai sehingga diharapkan dapat mengembalikan unsur N, P dan K. Yang nantinya akan dapat meningkatkan produktivitas tanah Alluvial dan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau lebih baik.
      Dewasa ini penggunaan bermacam pupuk sudah sering dilakukan, salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai pupuk adalah pupuk kandang ayam, dikarenakan kandungan unsur hara yang cukup tinggi seperti N, P, dan K dimana unsur tersebut merupakan unsur essensial yang mutlak harus ada untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan pupuk organik berpengaruh positf terhadap tanaman, dengan bantuan jasad renik yang ada, maka bahan organik dirubah menjadi humus. Humus ini merupakan perekat yang baik bagi butir-butir tanah saat pembentukan gumpalan tanah, akibatnya susunan tanah akan menjadi lebih baik dan lebih tahan terhadap erosi ataupun  hembusan angin. 
      Untuk mendapatkan efisiensi pemupukan yang optimal, pupuk harus diberikan dalam  jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman karena setiap tanaman memiliki daya serap yang berbeda,maka pemberian pupuk kandang ayam  pada tanaman kacang hijau perlu diketahui berapa dosis yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman.
      Trichoderma sp berfungsi sebagai agen antagonis, peranannya dalam pengendalian biologis adalah sebagai agen antagonis yang hidup dalam tanah, mekanisme antagonis dapat berfungsi sebagai : mengahancurkan inokulum pathogen, mencegah pathogen mengkolonisasi tanah kembali, melindungi perkecambahan biji dan akar dari infeksi.
Pada saat ini jasad renik yang mulai dikembangkan untuk pupuk hayati C ialah jamur Trichoderma, yang ternyata tidak hanya terdapat mempercepat pengomposan, akan tetapi juga memperbaiki kualitas kompos. Penelitian di Tahiland membuktikan bahwa pengomposan dengan Trichoderma memperbaiki ketersediaan N, P, dan K dalam bahan organik dan penggunaan komposnya meningkatkan kadar N, P, dan K sehingga tersedia dalam tanah (Anon., 1980).
Penggunaan trichoderma untuk saat ini adalah berfungsi untuk pengendalian Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dilaksanakan memadukan berbagai teknik yang disebut dengan pengendalian hama terpadu (PHT) serta mempercepat pengomposan dan memperbaiki kualitas kompos.

C.    Hipotesis
      Diduga dengan pemberian Trichoderma dan pupuk Kandang Ayam dengan dosis tertentu akan memberikan interaksi dan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil pada tanaman kacang hijau (Vigna Radiata L.) pada tanah Aluvial di poyibag.

              II.            METODA PENELITIAN

A.    Tempat dan Waktu Penelitian
      Penelitian ini diencana akan dilaksanakan di Jl.Raya Desa Kapur, Dusun Parit Bugis. Kec.Sui Raya Kab.Kubu Raya, Dengan ketinggian 1 M di atas permukaan laut. Lama penelitian ialah ± 3 bulan, mulai dari bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2012.

B.     Bahan dan Alat Penelitian
1.      Bahan penelitian
a.       Media Tumbuh
      Media yang dugunakan adalah tanah alluvial yang diambil secara komposit dengan kedalaman 0-20 cm. Tanah diambil di Jln.Raya Parit Bugis Desa Kapur Kec.Sui Raya. Kabupaten Kubu Raya.
b.      Benih
      Benih kacang hijau yang digunakan adalah varietas Walet, yang diperoleh dari toko peranian.
c.       Polybag
      Polybag yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 40x50 cm yang terbuat dari plastik berwarna hitam yang diperoleh dari toko pertanian.
d.      Pemupukan
      Pemupukan diberikan berdasarkan dosis dan perlakuan pada penelitian.
2.      Alat-alat penelitian
            Alat – alat yang digunakan dalam penlitian ini terdiri dari : Cangkul, Parang, Ayakan tanah, Palu, gergaji, ember, meteran, timbangan analitik, timbangan biasa mistar, alat tulis-menulis, alat dokumentasi, pH meter, termo meter, dan higrometer.



C.     Rancangan Penelitian
      Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dengan pola faktorial. Perlakuan terdiri dari 2 faktor yaitu : Faktor pertama dengan pemberian Trichoderma sebanyak 3 taraf perlakuan, faktor kedua pemberian pupuk Kandang Ayam sebanyak 3 taraf perlakuan. masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali masing-masing ulangan terdiri dari 3 sample tanaman, sehingga jumlah tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3x3x3x3=81 tanaman. Adapun taraf perlakuan dalam penelitian ini adalah :
1.      Faktor pertama pemberian Trichoderma dengan kode (t) yaitu :
t1 = pemberian Trichoderma denagn dosis 60 ml/polybag.
t2 = pemberian Trichoderma dengan dosis 80 ml/polybag.
t3 = pemberian Trichoderma dengan dosis 100 ml/polybag.
2.      Faktor kedua pemberian pupuk kandanga ayam dengan kode (a), yaitu :
a1 = pemberian pupuk kandang ayam denagn dosis 40 gr/polybag.
a2 = pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis 60 gr/polybag.
a3 = pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis 80 gr/polybag.

D.    Pelaksanaan Penelitian
1.      Pembuatan naungan
            Naungan berbentuk rumah yang dibuat dari kayu bulat. Panjang naungan 4 meter, lebar 3 meter, tinggi 2 meter dengan menghadap timur dan menghadap ke barat 1,75 meter.
2.      Persiapan media tanah
            Media tanam yang digunakan ialah tanah Aluvialyang di ambil dengan kedalaman ± 20 cm. Tanah tersebut di kering anginkan, kemudian di bersihkan dan di ayak setelah itu di masukan kedalam polybag sebanyak 10 kg.
3.      Pengapuran
            Pelaksanaan pengapuran dilakukan 2 minggu sebelum tanam dengan cara mencampur kapur secara merata pada tanah. Setelah itu tanah di siram supaya tetap lembab. Jenis kapur yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Dolomit.
4.      Penanaman
            Benih di tanam langsung pada media tanam tanpa dilakukan persemaian. Biji kacang hijau ditanam dengan kedalaman ± 2 cm sebanyak 2 biji/polybag. Setelah tumbuh dan berumur 2 minggu di lakukan penjarangan dengan cara menggunting tanaman yang akan dibuang, sehinga 1 tanaman kacang hijau yang dipelihara hingga panen.
5.      Pemupukan
            Pemupukan diberikan 1 minggu sebelum tanam dengan dosis dan taraf sesuai dengan taraf perlakuan.
6.      Pemeliharaan
a.       Kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi pukul 07.00 dan sore pukul 17.00, tergantung kebutuhan tanaman.
b.      Penyianagn dilakukan dengan cara mencabut (membersihkan) rumput-rumput liar dengan cara mencabut secara manual atau dengan menggunakan arit.
7.      Pemanenan
            Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 60 hari, selain berdasarkan umurnya, kriteria siap panen dapat dilakukan dengan melihat keadaan fisik tanaman seprti melihat warna pada polong kacang hijau yang berwarna hitam dan bijinya berwarna hijau kusam.

E.     Pengamatan
      Variabel-variabel yang diamati pada tanaman ini terdiri dari :
1.      Tinggi tanaman (cm)
            pertambahan tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai ujung titik tumbuh. Pengamatan terhadap tinggi tanaman dilakukan pada akhir penelitian.
2.      Jumlah polong (buah)
Jumlah polong dihitung pada akhir penelitian pada setiap perlakuan.
3.      Berat kering biji polong (gram) 
            Penimbanagan berat biji polong dilakukan pada akhir penelitian setelah polong dijemur dan sudah bersih dari kulit polong.
4.      Berat 100 biji kering (gram)
            Perhitungan berat 100 biji kering diambil dari setiap perlakuan pada akhir penelitian.
5.      Data penunjang
data penunjang dalam penelitian ini di pengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti :
a.       pH awal dan akhir, pH awal dihitung setelah masa inkubasi, sedangkan pada akhir dihitung pada akhir penelitian dengan menggunakan pH meter.
b.      Suhu udara diukur srtiap hari menggunakan thermometer, pagi jam 07.00 WIB, siang jam 12.00 WIB, dan sore jam 17.00 WIB.
c.       Kelembaban udara, diukur setiap hari dengan menggunakan hygrometer, pada waktu pagi jam 07.00 WIB, siang jam 12.00 WIB, dan sore jam 17.00 WIB.

F.     Analisis Statistik
      Medel matematika dari eksperimen lapangan dengan metode rancangan acak lengkap (RAL) yang telah disesuaikandengan penelitian ini sebagai berikut :
Yijk = µ + Ui + Tj + Ak + (TM)jk + ∑ijk
Dimana :
Yijk = Nilai pengamatan untuk perlakuan Trichoderma faktor T ke – j dan pupuk kandang ayam faktor A ke-k
µ           = pengaruh rata-rata umum.
Ui         = pengaruh ulangan ke – i (1, 2, dan 3)
Tj          = pengaruh perlakuan Trichoderma faktor T ke – j (1,2,dan3)
Ak        = pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam faktor A ke – k                              (1,2,dan3)
Tajk      = pengaruh interaksi perlakuan T ke-j dan faktor A ke - k.
∑ijk    = Pengaruh Gallat percobaan perlakuan ke – j dan perlakuan                               ke - k pada ulangan ke – i.

DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2010.         Tanaman         kacang-kacangan di Kalimantan Barat. Pontianak
Hardjowigeno 2003, Ilmu Tanah. Akademi Presindo. Jakarta.
Soeparto H.S, 2007. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya.Jakarta.
Lynch, J.M. 1983. Soil biotecnology. Blackwell Scientific         Publications.    Oxford. 191 h.
Hakim, Nurhayati, M. Yusuf, A.H. Lubis, Sutopo, M. Rusli, Go Ban Hong, H.H.       Baeley, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Direktorat Perbenihan. 2005. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Marzuki dan Soeprapto. 2004. Perkebambahan Kacang hijau. Penebar            Swadaya.Jakarta.
Rukman. R, 2002. Budidaya Kacang-kacangan. Kansinus.        Yogyakarta.
Sarief, Saifuddin, 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah      Pertanian.Pustaka       buana, Bandung.
Lingga dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar       Swadaya.        Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2010. Kalimantan barat dalam angka. Kalimantan Barat.
Anon. 1980. Organic recyling in Asis and Pasific. RAPA Bulletin Vol. 6. FAO.          87 h.
Sutedjo dan Kartasapoetra. 2000. struktur tanah. Meditama Sarana     Perkasa.          Jakarta.
Gasperz. V. 1991. Metode perancangan percobaan. Armico. Bandung.