I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman
kacang hijau ( Vigna radiata L.) sudah lama dikenal dan di tanam oleh
masyarakat tani di Indonesia. Asal-usul tanaman kacang hijau diduga dari
kawasan India yang dibawa masuk kewilayah Indonesia, terjadi pada awal abad ke-17, oleh
pedagang cina. Pusat penyebaran kacang hijau pada mulanya berpusat di pulau
Jawa dan Bali, tetapi pada tahun 1920-an mulai berkembang di Sulawesi,
Kalimantan, dan Indonesia bagian timur
(Rukman 2000).
Tanaman
kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminosae yang cukup penting di
Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah.
Permintaan terhadap kacang hijau cukup tinggi dan cenderung meningkat dari
tahun ketahun, sementara peningkatan laju luas areal tanamannya masih dibawah
jagung, kedelai dan kacang tanah. Menurut Rukman (2002) kandungan kacang hijau
meliputi karbohidrat 62,90 gr, protein 22,00 gr, lemak
1,20 gr, juga mengandung Vitamin A 157, 00 SI, Vitamin B1 0,64 gr, Vitamin C 6,00
gr dan mineral Ca, P, Fe serta mengandung 345 kalori.
Tanaman kacang hijau termasuk
tanaman multiguna, yakni sebagai bahan pangan, pakan ternak, penutup tanah,
sedangkan dalam makanan sehari-hari kacang hijau di konsumsi sebagai bubur,
sayur (tauge), dan kue-kue yang berguna bagi kesehatan tubuh, juga berhasiat
sebagai obat tradisional. Bubur kacang hijau baik untuk penderita penyakit beri-beri,
sedangkan tauge kacang hijau merupakan sumber vitamin E yang berkhasiat antisterilitas.
Salah
satu usaha untuk memenuhi kebutuhan permintaan yang terus meningkat produksi kacang
hijau sangat potensi dan sangat menjanjikan untuk
dikembangkan dan dibudidayakan dalam sekala besar maupun kecil di kal-bar atau di
Indonesia. Permintaan kacang hijau diperkirakan meningkat terus, sejalan dengan
pertambahan penduduk dan perbaikan gizi masyarakat.
Sedangkan
perkembangan luas tanaman kacang hijau di Kalimantan barat 5 tahun terakhir
yang telah dihimpun oleh BPS KAL-BAR dari tahun 2006 mencapai areal seluas
1,854 ha dengan jumlah produksi 1,290 ton, pada tahun 2007 luas area pertanaman
kacang hijau mencapai 1,415 ha dengan produksi 979 ton, lalu pada tahun
2008-2009 luas penanaman kacang hijau 668 ha dengan produksi 463 ton, dan pada
tahun 2010 luas area penanaman kacang hijau di kal-bar mencapai 1,821 ha dengan
produksi 1,308 ton. (badan pusat statistik kalimantan barat, 2010).
Tanaman kacang hijau dapat
dibudidayakan pada berbagai jenis tanah asalkan gembur dan subur. Salah satu
media yang dapat dipakai untuk tanaman kacang hijau adalah tanah Aluvial. Luas
tanah Aluvial di Kalimantan Barat sekitar 1.511.187 km2 atau 10,29% dari luas
keseluruhan kalimantan Barat
(Dinas
pertanian tanaman pangan dan Hortikultura, 2010).
Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra
(2000) bahwa struktur tanah yang baik atau remah
sangat menunjang usaha pertanian sehubungan dengan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan tanaman dan juga pengaruhnya terhadap tata air, tata udara, dan
temperatur tanah.
A.
Masalah
Penelitian
Media tumbuh sangat mempengaruhi
keadaan pertumbuhan tanaman baik dipembibitan maupun di lapangan, karena
merupakan gudang hara yang menyediakan bahan makanan. Jika tanah yang digunakan
adalah tanah marginal (bermasalah) seperti aluvial, maka tanah tersebut perlu
dilakukan usaha perbaikan salah satu cara adalah dengan pengapuran dan
pemupukan sebagai usaha perbaikan.
Tanah alluvial mempunyai kandungan
unsur N, P
dan K rendah ,serta kelarutan Al
yang tinggi sehingga merupakan
racun
bagi tanaman (Hakim, M.YusufNyakpa, AM. lubis, Sutopo Ghani Nugroho,M.Amin, Go
Ban Hong,HH.Baily, 1986). Di samping itu kondisi fisik tanah alluvial yang jelek,
dimana konsistesinya teguh pada waktu lembab dan keras pada waktu kering,
kondisi tanah tersebut menunjang terciptanya linkungan pertumbuhan yang baik
bagi pertumbuhan tanaman kacang hijau. Penambahan unsur hara N,P dan K dalam
jumlah yang cukup pada tanah alluvial akan meningkatkan jumlah hara yang
tersedia bagi tanaman sesuai kebutuhan tanaman. pemupukan pada tanah masam
sering kali tidak efisien, hal ini di sebabkan kelarutan Al yang tinggi sehingga
usur hara tadi tidak tersedia bagi tanaman.
Pada kesimpulan tanah alluvial
mempunyai sifat-sifat yang kurang mendukung bagi pertumbuhan serta hasil
tanaman kacang hijau sebagai faktor pembatas. salah satu cara untuk
memperbaiki kemasaman tanah dan kekurangan unsur hara pada tanah alluvial yang
kurang menguntungkan adalah dengan pemberian pupuk kandang ayam dan kapur sehingga pH akan
meningkat yang juga akan menurunkan Fe, AI dan Mn yang bersifat racun dan diiringi
meninggkatnya
P tersedia bagi tanaman.
Dengan pemberian pupuk kandang ayam serta pengaruh
Trichoderma
terhadap pertumbuhan kacang hijau dan
pengapuran yang efektif dan efisien adalah merupakan harapan tercapainya
kebutuhan tanaman yang optimal yang akan memberikan respon yang baik.
A.
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan Trichoderma dan Pupuk Organik Cair nasa terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman Kacang Hijau ( Vigna radiata L.) Pada Tanah Alluvial.
I.
KERANGKA
PEMIKIRAN
A.
Tinjauan
Pustaka
1. Botani
tanaman kacang hijau
Tanaman kacang hijau termasuk tanaman semusim
yang tergolong dalam Divisi Spermatophyta, Sub-divisi Angiosparmae, Kelas
Dicotyledonae, Ordo Rosales Famili Papilionaceae, Genus Vigna, Spesies Vigna
radiata atau Phaseolus radiatus.
Biji kacang hijau berkecambah dan keluar dari permukaan
tanah sampai fase kotiledon membutuhkan waktu 4
– 5 hari, rata-rata 5 hari,
tergantung kelembaban dan kedalaman penanaman. Munculnya daun pertama
(unifoliate leaf) setelah daun lembaga membutuhkan waktu 9 – 11
hari, rata-rata 10 hari (Marzuki dan Soeprapto, 2004).
Tanaman kacang
hijau berakar tunggang. Sistem perakarannya dibagi menjadi dua yaitu mesophytes
dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak cabang akar pada permukaan
tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar, sementara xerophytes memiliki akar
cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah (Purwono dan Hartono, 2008).
Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian
sangat berfariasi, antara 30-60 cm, tergantung varietasnya. cabangnya menyamping
pada batang utama, berbentuk bulat dan berbulu. Warna batang dan cabangnya ada
yang hijau ada juga yang ungu. Daunya trifoliat (terdiri dari tiga helai) dan
letaknya berseling. Tangkai daunnya cukup panjang, lebihpanjang dari daunnya.
Warna daunnya hijau muda sampai hijau tua.
Bunga kacang hijau termasuk bunga sempurna (hermaprodit),
tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk
sendiri.berbentuk kupukupu dan berwarna kuning. Polong kacang hijau berbentuk
silendris dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu
muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam atau coklat. Setiap polong
berisi 10-15 biji.
Biji kacang hijau lebih kecil dibanding biji
kacang-kacang lain. Warna bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengkilap,
beberapa ada yang barwarna kuning coklat dan hitam. Tanaman kacang hijau
berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan dan bintil-bintil akar
(nadula). Nadula merupakan tempat mengikat nitrogen (N) sehingga menyuburkan tanah.
2.
Syarat
tumbuh tanaman kacang hijau
Kacang hijau termasuk tanaman Tropis yang menghendaki suasana
panas selama hidupnya. Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah dataran rendah
hingga ketinggian 500 m dpl. Kondisi lingkungan yang dikehendaki tanaman kacang
hijau adalah daerah bersuhu 25ᵒ - 27ᵒ C, kelembaban udara antara 50% -70% dan
cukup mendapat sinar matahari. Curah hujan yang dikehendaki berkisar antara 20
– 50 mm perbulan.
Tanaman kacang hijau dapat tumbuh di daerah yang curah hujannya
dengan memanfaatkan sisa-sisa kelembapan pada tanah bekas tanaman yang diairi,
misalnya padi. Tanaman ini tumbuh baik pada musim kemarau. Pada musim hujan
pertumbuhan vegetatifnya sangat cepat sehingga mudah rebah. hambatan utama pada
musim hujan adlah penyakit yang menyerang daun dan polong.
Kacang hijau dapat tumbuh di segala macam tipe tanah yang
berdrainase baik. Namun, pertumbuhan terbaiknya pada tanah lempung biasa sampai
yang mempunyai bahan organik tinggi. Tanah yang mempunyai pH 5,8 paling ideal untuk
pertumbuhan kacang hijau. Sedangkan tanah yang sangat asam tidak baik karena
penyedian makanan terhambat.
Kacang hijau menghendaki tanah dengan kandungan hara (fosfor,
kalium, kalsium, magnesium, dan belerang) yang cukup. Unsur hara ini penting
untuk meningkatkan produksinya.
3.
Tanah
alluvial
Dalam usha budidaya tanaman, kondisi tanah sangat menentukan keberhasilan
dalam usaha budidaya tanaman.tanah Alluvial merupakan salah satu jenis tanah
yang mempunyai faktor pembatas untuk pertumbuhan suatu tanaman, adapun faktor
pembatas yang dimaksud antara lain : permabilitas rendah atau mudah tergenang,
melekat pada saat basa dan sulit diolah selain itu beragam jumlah hara yang
terdapat didalam tanah sesuai dengan bahan induk tanah yang terbentuk. Tanah Alluvial
yang ada di indonesia merupakan daerah endapan akibat pengaruh pegenangan air.
Tanah alluvial terdapat didaerah rendah sepanjang aliran sungai hingga didaerah
berketinggian mencapai 1000 meter diatas permukaan laut (Hardjowigeno, 2003).
Tanah alluvial dicirikan dengan warna kelabu hingga coklat,
struktur pejal. Lembab pada saat musim penghujan dan keras pada saat kering
atau musim kemarau serta mempunyai kosistensi yang tinggi, mudah mengalami
erosi serta terjadi defisiensi unsur hara makro serta mempunyai ketebalan bahan
organik sekitar 50 cm dan mempunyai tingkat kesuburan tanah sedang sampai
rendah, dan tanah alluvial biasa juga mempunyai pH yag rendah berarti tanah ini
bereaksi masam. Kendala ini merupakan kendala bagi pertumbuhan tanaman terutama
dalam penyerapan unsur hara selain itu pengaruh keracuna akibat unsur Al, Fe
dan Mn yang sangat tinggi (Hardjowigeno, 2003).
4.
Trichoderma
Klasifikasi dari Trichoderma adalah sebagai berikut : Kingdom Mytaceae,
Divisi Eumycota, Sub-Divisio
Deuteromycotina, Kelas Hyphomycotes, Sub Kelas Hyphomycotidae, Ordo Moniliales,
Famili Moniliales.
Trichoderma
merupakan salah satu agen antagonis cendawan yang berfungsi menggangu kehidupan suatu organisme pengganggu
tumbuhan, khususnya penyakit tular tanah (Soil born), sehingga organisme
pengganggu tumbuhan tersebut dapat dihambat atau ditekan. Adapun proses
penghambat (inhibisi) dari agen antagonis meliputi : blok area,
hiperparasitisme, antibiosis (perang antar serum), probiolisme dan lisis. Dalam proses penghambatan Trichoderma mengeluarkan enzim
proteolitik. Pada saat ini jasad renik yang mulai
dikembangkan untuk pupuk hayati C ialah jamur Trichoderma, yang ternyata tidak hanya terdapat mempercepat
pengomposan, akan tetapi juga memperbaiki kualitas kompos. Penelitian di
Tahiland membuktikan bahwa
pengomposan dengan Trichoderma memperbaiki
ketersediaan N, P, dan K dalam bahan organik dan penggunaan komposnya
meningkatkan kadar N, P, dan K sehingga tersedia dalam tanah (Anon., 1980).
5.
Pupuk
kandang Ayam
Pupuk kandang ayam merupakan pupuk yang berasal dari
kandang ternak baik merupakan kotoran (feses) yang bercampur dengan sisa
makanan (Lingga dan Marson, 2001). Pupuk kandang mangandung unsur hara lengkap
yang di butuhkan bagi pertumbuhan tanaman karena mengandung unsur hara makro
seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (CA), Magnesium (Mg) dan
sulfur (S).komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain jenis hewan, umur, keadaan hewan, jenis makanan,
bahkan hamparan yang dipakai, perlakuan serta penyimpanan sebelum diaplikasikan
di lahan ((Lingga dan Marsono 2001).
Pupuk kandang ayam merupakan pupuk organik yang dapat
memperbaiki sifat fisik kimia serta biologi tanah. Peranannya terhadap sifat
fisik tanah adalah meningkkatkan profisitas dan mengurangi kepadatan.
Sedangkan pada sifat fisik
kimia tanah adalah meningkatkan kandungan bahan orgnik, kapasitas tukar kation
(KTK) dan kandungan hara makro dan mikro. Secara biologi pupuk kandang berperan
dalam meningkatkan aktifitas metabolik organisme tanah dan kegiatan jasad mikro
serta membantu dekomposisi tanah.
Pupuk kandang selain dapat menambah unsur hara ke dalam
tanah dapat juga mempertinggi humus, memperbaiki struktur tanah dan mendorong
kehidupan jasad renik tanah. Tanda-tanda pupuk kandang ayam yang sudah matang
dan siap digunakan untuk pemupukan adalah bewarna kehitam-hitaman, suhu rendah,
bentuk rumput dan kotoran lainya tidak tampak lagi.
B.
Kerangka
konsep
Usaha penggunaan tanah
alluvial sebagai media tumbuh yang baik bagi pertumbuhan kacang hijau didaerah
kalimantan barat perlu dilkukan mengigat lahan yang tersedia cukup luas.
Tanah ini perlu dikelola sedemikian rupa agar memenuhi fungsi
seperti yang diharapkan, yaitu sebagai media tempat berdiri tegagnya tanaman dan
penyedia unsur hara yang diperlukan tanaman.
Pemanfaatan tanah alluvial di hadapkan pada berbagai kendala
yaitu tanahnya beraksi masam, bahan organik rendah terutama N, P, K, Mg dan Ca
kemudian kandungan AL, Fe dan Mn yang tinggi serta struktur tanah jelek,
kejenuhan basa dan KTK tinggi.
Sehubungan dengan itu maka pemupukan merupakan tindakan
agronomis yang bertujuan untuk mengembalikan dan menyeimbangkan unsur-unsur
hara yang telah hilang akibat telah digunakan oleh tanaman sebelumnyadengan
pemberian perlakuan pupuk kandang ayam yang sesuai sehingga diharapkan dapat
mengembalikan unsur N, P dan K. Yang nantinya akan dapat meningkatkan
produktivitas tanah Alluvial dan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman kacang hijau lebih baik.
Dewasa ini penggunaan bermacam pupuk sudah sering dilakukan,
salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai pupuk adalah pupuk kandang
ayam, dikarenakan kandungan unsur hara yang cukup tinggi seperti N, P, dan K
dimana unsur tersebut merupakan unsur essensial yang mutlak harus ada untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan pupuk organik berpengaruh
positf terhadap tanaman, dengan bantuan jasad renik yang ada, maka bahan
organik dirubah menjadi humus. Humus ini merupakan perekat yang baik bagi
butir-butir tanah saat
pembentukan gumpalan tanah, akibatnya susunan tanah akan menjadi lebih baik dan
lebih tahan terhadap erosi ataupun
hembusan angin.
Untuk mendapatkan efisiensi pemupukan yang optimal, pupuk harus
diberikan dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman karena
setiap tanaman memiliki daya serap yang berbeda,maka pemberian pupuk kandang
ayam pada
tanaman kacang hijau perlu diketahui berapa dosis yang sesuai bagi
pertumbuhan tanaman.
Trichoderma sp berfungsi sebagai agen
antagonis, peranannya dalam pengendalian biologis adalah sebagai agen antagonis
yang hidup dalam tanah, mekanisme antagonis dapat berfungsi sebagai :
mengahancurkan inokulum pathogen, mencegah pathogen mengkolonisasi tanah
kembali, melindungi perkecambahan biji dan akar dari infeksi.
Pada
saat ini jasad renik yang mulai
dikembangkan untuk pupuk hayati C ialah jamur Trichoderma, yang ternyata tidak hanya terdapat mempercepat
pengomposan, akan tetapi juga memperbaiki kualitas kompos. Penelitian di
Tahiland membuktikan bahwa
pengomposan dengan Trichoderma memperbaiki
ketersediaan N, P, dan K dalam bahan organik dan penggunaan komposnya
meningkatkan kadar N, P, dan K sehingga tersedia dalam tanah (Anon., 1980).
Penggunaan trichoderma untuk saat ini adalah berfungsi
untuk pengendalian Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dilaksanakan memadukan
berbagai teknik yang disebut dengan pengendalian hama terpadu (PHT) serta
mempercepat pengomposan dan memperbaiki kualitas kompos.
C.
Hipotesis
Diduga dengan pemberian Trichoderma dan pupuk Kandang Ayam
dengan dosis tertentu akan memberikan interaksi dan pengaruh yang berbeda
terhadap pertumbuhan dan hasil pada tanaman kacang hijau (Vigna Radiata L.) pada
tanah Aluvial di poyibag.
II.
METODA
PENELITIAN
A.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian ini diencana akan dilaksanakan di Jl.Raya Desa
Kapur, Dusun Parit Bugis. Kec.Sui Raya Kab.Kubu Raya, Dengan ketinggian 1 M di
atas permukaan laut. Lama penelitian ialah ± 3 bulan, mulai dari bulan Mei
sampai dengan bulan Juni 2012.
B.
Bahan
dan Alat Penelitian
1. Bahan
penelitian
a. Media
Tumbuh
Media yang dugunakan adalah tanah alluvial yang diambil secara
komposit dengan kedalaman 0-20 cm. Tanah diambil di Jln.Raya Parit Bugis Desa
Kapur Kec.Sui Raya. Kabupaten Kubu Raya.
b. Benih
Benih kacang hijau yang digunakan adalah varietas Walet, yang
diperoleh dari toko peranian.
c. Polybag
Polybag yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 40x50 cm
yang terbuat dari plastik
berwarna hitam yang diperoleh dari toko pertanian.
d. Pemupukan
Pemupukan diberikan berdasarkan dosis dan perlakuan pada
penelitian.
2. Alat-alat
penelitian
Alat – alat yang digunakan dalam penlitian ini terdiri
dari : Cangkul, Parang, Ayakan tanah, Palu, gergaji, ember, meteran, timbangan analitik,
timbangan biasa mistar, alat tulis-menulis, alat dokumentasi, pH meter, termo
meter, dan higrometer.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Dengan pola faktorial. Perlakuan terdiri dari 2 faktor yaitu : Faktor
pertama dengan pemberian Trichoderma sebanyak 3 taraf perlakuan, faktor kedua
pemberian pupuk Kandang Ayam sebanyak 3 taraf perlakuan. masing-masing
perlakuan diulang sebanyak 3 kali masing-masing ulangan terdiri dari 3 sample
tanaman, sehingga jumlah tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah
3x3x3x3=81 tanaman. Adapun taraf perlakuan dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor
pertama pemberian Trichoderma dengan kode (t) yaitu :
t1 = pemberian Trichoderma
denagn dosis 60 ml/polybag.
t2 = pemberian Trichoderma
dengan dosis 80 ml/polybag.
t3 = pemberian Trichoderma
dengan dosis 100 ml/polybag.
2. Faktor
kedua pemberian pupuk kandanga ayam dengan kode (a), yaitu :
a1 = pemberian pupuk kandang
ayam denagn dosis 40 gr/polybag.
a2 = pemberian pupuk kandang
ayam dengan dosis 60 gr/polybag.
a3 = pemberian pupuk kandang
ayam dengan dosis 80 gr/polybag.
D.
Pelaksanaan
Penelitian
1. Pembuatan
naungan
Naungan berbentuk rumah yang dibuat dari kayu bulat.
Panjang naungan 4 meter, lebar 3 meter, tinggi 2 meter dengan menghadap timur
dan menghadap ke barat 1,75 meter.
2. Persiapan
media tanah
Media tanam yang digunakan ialah tanah Aluvialyang di
ambil dengan kedalaman ± 20 cm. Tanah tersebut di kering anginkan, kemudian di
bersihkan dan di ayak setelah itu di masukan kedalam polybag sebanyak 10 kg.
3. Pengapuran
Pelaksanaan pengapuran dilakukan 2 minggu sebelum tanam
dengan cara mencampur kapur secara merata pada tanah. Setelah itu tanah di
siram supaya tetap lembab. Jenis kapur yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
Dolomit.
4. Penanaman
Benih di tanam langsung pada media tanam tanpa dilakukan
persemaian. Biji kacang hijau ditanam dengan kedalaman ± 2 cm sebanyak 2
biji/polybag. Setelah tumbuh dan berumur 2 minggu di lakukan penjarangan dengan
cara menggunting tanaman yang akan dibuang, sehinga 1 tanaman kacang hijau yang
dipelihara hingga panen.
5. Pemupukan
Pemupukan diberikan 1 minggu sebelum tanam dengan dosis
dan taraf sesuai dengan taraf perlakuan.
6. Pemeliharaan
a. Kegiatan
pemeliharaan meliputi penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi pukul 07.00
dan sore pukul 17.00, tergantung kebutuhan tanaman.
b. Penyianagn
dilakukan dengan cara mencabut (membersihkan) rumput-rumput liar dengan cara
mencabut secara manual atau dengan menggunakan arit.
7. Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 60 hari,
selain berdasarkan umurnya, kriteria siap panen dapat dilakukan dengan melihat
keadaan fisik tanaman seprti melihat warna pada polong kacang hijau yang
berwarna hitam dan bijinya berwarna hijau kusam.
E.
Pengamatan
Variabel-variabel yang diamati pada tanaman ini terdiri dari :
1. Tinggi
tanaman (cm)
pertambahan tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal
batang sampai ujung titik tumbuh. Pengamatan terhadap tinggi tanaman dilakukan
pada akhir penelitian.
2. Jumlah
polong (buah)
Jumlah
polong dihitung pada akhir penelitian pada setiap perlakuan.
3. Berat
kering biji polong (gram)
Penimbanagan berat biji polong dilakukan pada akhir
penelitian setelah polong dijemur dan sudah bersih dari kulit polong.
4. Berat
100 biji kering (gram)
Perhitungan berat 100 biji kering diambil dari setiap
perlakuan pada akhir penelitian.
5. Data
penunjang
data penunjang dalam
penelitian ini di pengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti :
a. pH awal
dan akhir, pH awal dihitung setelah masa inkubasi, sedangkan pada akhir
dihitung pada akhir penelitian dengan menggunakan pH meter.
b. Suhu
udara diukur srtiap hari menggunakan thermometer, pagi jam 07.00 WIB, siang jam
12.00 WIB, dan sore jam 17.00 WIB.
c. Kelembaban
udara, diukur setiap hari dengan menggunakan hygrometer, pada waktu pagi jam
07.00 WIB, siang jam 12.00 WIB, dan sore jam 17.00 WIB.
F.
Analisis
Statistik
Medel matematika dari eksperimen lapangan dengan metode
rancangan acak lengkap (RAL) yang telah disesuaikandengan penelitian ini sebagai
berikut :
Yijk = µ
+ Ui + Tj + Ak + (TM)jk + ∑ijk
Dimana :
Yijk = Nilai pengamatan untuk
perlakuan Trichoderma faktor T ke – j dan pupuk kandang ayam faktor A ke-k
µ = pengaruh rata-rata
umum.
Ui = pengaruh ulangan ke – i (1, 2, dan 3)
Tj = pengaruh perlakuan Trichoderma
faktor T ke – j (1,2,dan3)
Ak = pengaruh perlakuan pupuk kandang ayam
faktor A ke – k (1,2,dan3)
Tajk = pengaruh interaksi perlakuan T ke-j dan faktor A ke - k.
∑ijk = Pengaruh Gallat percobaan perlakuan ke – j dan perlakuan ke - k pada ulangan ke – i.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2010. Tanaman kacang-kacangan di Kalimantan Barat.
Pontianak
Hardjowigeno
2003, Ilmu Tanah. Akademi Presindo. Jakarta.
Soeparto
H.S, 2007. Bertanam Kacang Hijau.
Penebar Swadaya.Jakarta.
Lynch,
J.M. 1983. Soil biotecnology. Blackwell
Scientific Publications. Oxford. 191 h.
Hakim,
Nurhayati, M. Yusuf, A.H. Lubis, Sutopo, M. Rusli, Go Ban Hong, H.H. Baeley, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Direktorat Perbenihan. 2005. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Marzuki
dan Soeprapto. 2004. Perkebambahan Kacang
hijau. Penebar Swadaya.Jakarta.
Rukman.
R, 2002. Budidaya Kacang-kacangan.
Kansinus. Yogyakarta.
Sarief,
Saifuddin, 1986. Kesuburan dan Pemupukan
Tanah Pertanian.Pustaka buana, Bandung.
Lingga
dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan
Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2010. Kalimantan
barat dalam angka. Kalimantan Barat.
Anon. 1980. Organic recyling in
Asis and Pasific. RAPA Bulletin Vol. 6. FAO. 87 h.
Sutedjo dan Kartasapoetra.
2000. struktur tanah. Meditama Sarana Perkasa. Jakarta.
Gasperz. V. 1991. Metode
perancangan percobaan. Armico. Bandung.